Ketika Anda bekerja, apakah Anda pernah mendengar istilah top-down communication dan bottom-up communication? Dua istilah tersebut cukup umum digunakan, terutama dalam koordinasi perusahaan sehari-hari.
Baca Juga : Real Time Bidding (RTB) : Definisi, Komponen, dan Cara Kerja
Lebih jelasnya, yuk simak penjelasannya dibawah ini :
Top-Down Communication
Bentuk komunikasi internal yang menggunakan struktur hierarki dari atasan kepada bawahan disebut Top-Down Communication. Bentuk komunikasi ini membuat setiap jenjang manajerial mempelajari informasi dari jenjang yang paling atas hingga informasi tersebut sampai ke semua tingkatan yang relevan dalam organisasi.
Selain itu, terdapat 4 faktor yang dapat membuat bentuk komunikasi ini lancar, di antaranya :
- Timbul rasa kedekatan karyawan dengan perusahaan.
- Pesan tersampaikan secara singkat, jelas, serta selaras dengan tujuan perusahaan.
- Dapat memahami masalah yang muncul.
- Menghindari praktik hipokrit dalam perusahaan.
Inilah tips agar Top-down communication dapat berjalan lancar, seperti :
- Bersikap jujur kepada lawan bicara.
- Dapat memahami lawan bicara yang akan menerima pesan.
- Membiarkan lawan bicara dapat menanyakan hal-hal yang kurang dipahami.
Bottom-Up Communication
Bottom-up communication lebih terfokus kepada atasan agar mendapat masukan dari karyawannya mengenai bisnis yang dijalankan. Sehingga, dapat membuat keputusan yang paling tepat.
Bottom-up ini terjadi karena adanya tujuan, proyek, serta tugas yang diharapkan mendapat umpan balik dari karyawan. Tetapi, umpan balik ini dapat mempengaruhi perusahaan dalam mengambil keputusan.
Bentuk komunikasi bottom-up dapat memberikan beberapa keuntungan, di antaranya :
- Meningkatnya komunikasi di lingkungan perusahaan.
- Motivasi kerja meningkat.
- Solusi dapat terpecahkan.
- Kolaborasi antara karyawan dengan jajaran manajerial meningkat.
Itulah penjelasan mengenai top-down communication serta bottom-up communication. Semoga bermanfaat!